Pandangan Islam Terhadap Wabah
PANDANGAN ISLAM TERHADAP WABAH FLU BABI
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki sunnah kauniah (ketetapan alamiah) yang tidak tergantikan dan berubah. Allah Subhanahu wa Ta’ala mentakdirkannya untuk suatu hikmah yang diketahui-Nya. Ada kalanya Allah menunjukkan hikmah itu kepada hamba-Nya.
Di antara sunnah-sunnah tersebut adalah tersebarnya penyakit di tengah manusia. Di zaman kita sekarang ini telah menyebar berbagai macam penyakit. Penyakit serta bala yang tidak kita ketahui dan kenal sebelumnya. Muncul penyakit aneh lagi sukar disembuhkan. Hal ini tentunya tidaklah terjadi tanpa sengaja dan bukan takdir (ketentuan Allah) yang sia-sia. Ia adalah sunnah rabbani yang keberadaannya dikuatkan oleh nash-nash al-Quran dan Sunnah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [asy-Syuura/42:30]
Telah valid dalam sunan Ibnu Majah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَمْ تَظْهَر الْفَاحِشَة فِي قَوْم قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُون وَالْأَوْجَاع الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافهمْ
“Tidak tampak kemungkaran pada suatu kaum hingga mereka menampakkannya, melainkan akan menyebar di tengah mereka wabah dan penyakit yang belum pernah ada di masa orang-orang sebelum mereka.”
Manusia tidak berharap mendapat penyakit atau bala, tidak pula bersinggungan dengannya. Hendaknya meminta keafiatan sebagaimana hadits sahih yang diriwayatkan oleh at-Turmidzi dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
سَلُوا اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنَ الْعَافِيَةِ
“Mintalah kepada Allah pengampunan dan keafiatan (kesehatan). Karena seorang di antara kalian tidaklah diberi sesuatu yang lebih baik setelah keyakinan selain kesehatan.” [Hadits riwayat at-Turmudzi]
Saat ini telah tersebar suatu penyakit yang dinamakan dengan wabah Flu Babi[1]. Bagaimana aqidah seorang muslim menghadapi penyakit ini. Kita ringkas dalam poin-poin berikut:
Pertama : Bahwa penyakit ini dan yang lainnya tidak lebih dari penyakit yang merupakan sunnah kauniah rabbaniah (ketentuan alam yang Allah tetapkan).
Di dalamnya terdapat hikmah-hikmah yang tidak diketahui selain oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengannya nampaklah kekuatan Sang Pencipta yang Mahakuat dan begitu lemahnya makhluk, yang nista, tidak memiliki daya dan upaya, yang tidak dapat lepas dari Pencipta-nya barang sekejappun. Sebagaimana pula memperlihatkan antara mukmin yang sebenarnya, yang beriman dengan qodho dan qodar Allah, yang menyerahkan segala perkaranya kepada Allah dengan mereka yang kosong dari keimanan terhadap qodho dan qodar Allah dan penyerahan total kepada keputusan-Nya.
Dari hikmah yang nampak adalah bahwa penyakit merupakan bagian dari penghapus dosa bagi yang sabar dan mengharap pahala Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam Shahihain dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa penyakit dan selainnya melainkan Allah hapuskan dengannya dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.”
Di dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Ummu as-Saaib yang sedang sakit dan berkata kepadanya,
“Mengapa engkau mengerang, wahai Ummu as-Saaib?!”
“Aku terkena demam yang tidak ada berkah Allah padanya.” Jawabnya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
لاَ تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
“Janganlah engkau mencela demam karena ia menghapus dosa-dosa anak Adam sebagaimana panas yang merontokkan karat besi.”
Hikmah terbesar dari adanya penyakit adalah menjadi sebab dimasukkannya hamba ke dalam surga dan terselamatkan dari api neraka. Dalam Shahih Muslim Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا ابْنَ آدَمَ إِذَا أَخَذْتُ كَرِيمَتَيْكَ فَصَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى لَمْ أَرْضَ لَكَ بِثَوَابٍ دُونَ الْجَنَّةِ
“Wahai anak Adam jika diambil kedua matamu dan kamu bersabar dan berharap pahala pada awal peristiwa, Aku tidak ridho untukmu pahala selain surga.” [Hadits Qudsi]
Diriwayatkan pula dalam Sunan Ibnu Majah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk orang yang sakit dan bersabda,
أَبْشِرْ فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ هِىَ نَارِى أُسَلِّطُهَا عَلَى عَبْدِى الْمُذْنِبِ لِتَكُونَ حَظَّهُ مِنَ النَّارِ في الآخرة
“Kabar gembira, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Itu adalah apa yang aku kuasakan kepada hambaku yang berdosa di dunia sebagai pengurang dari api neraka di akhirat.”
Siapa yang merenungkan nash-nash di atas akan hilang kegalauan dan kegundahannya. Hatinya akan dipenuhi dengan keridhaan atas takdir Allah. Dan ini lebih tinggi dari derajat sabar.
Kedua : Tidak boleh berlebihan dalam kepanikan dan ketakutan terhadap penyakit ini dan yang semisalnya.
Orang-orang di berbagai belahan dunia ini telah tertimpa ketakutan dan kepanikan yang sangat. Hal ini tidak semestinya terjadi pada seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Seorang muslim dengan imannya yang kuat amat yakin bahwa dia tidak akan tertimpa sesuatu selain apa yang telah Allah tentukan untuknya, sebagaimana yang telah Allah firmankan,
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” [at-Taubah/9:51]
Orang yang beriman mengetahui dengan keyakinannya bahwa dia akan mati pada waktu yang telah Allah takdirkan untuknya. Tidak bermanfaat baginya ketakutan dan lari dari kematian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” [an-Nisaa/4:78]
Yang wajib adalah tidak takut dengan kematian tetapi mempersiapkan diri dengan amal-amal saleh sehingga beruntung pada hari kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [Ali Imraan/3:185]
Ketiga : Yang wajib bagi seorang muslim adalah mengupayakan sebab-sebab untuk membentengi diri dari penyakit ini.
Dari sebab yang paling kuat adalah tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan keyakinan yang mantap bahwa hanya Allah-lah yang memberikan kesembuhan. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya bahwa pemberi kesembuhan hanyalah Allah semata. Sebagaimana berita yang valid dalam sunan Abu Dawud dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَذْهِبِ البَأس رَبَّ النَّاسِ، اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِى، لا شِفَاءَ إِلا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادرُ سقمًا
“Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah, engkau pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan selain kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan derita.”
Keempat : Menggunakan obat-obatan bermanfaat yang tersedia. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan tawakal.
Telah diriwayatkan dalam sunan Abu Dawud dari Usamah bin Suraik, dia berkata, “Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, di atas kepala mereka seolah ada burung yang bertengger. Akupun memberi salam kepada mereka lalu duduk. Kemudian datang orang-orang arab badui dan bertanya, “Wahai Rasulullah apakah kita perlu berobat?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ الْهَرَمُ
“Berobatlah! Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah mengadakan suatu penyakit melainkan Dia adakan pula obatnya selain satu penyakit yaitu tua.”
Kelima : Di antara jalan yang paling penting dalam melindungi diri dari penyakit ini dan selainnya adalah membentengi diri dengan zikir syar’i.
Bagi setiap muslim hendaknya menjaga zikir pagi dan petang. Yang terpenting dari zikir-zikir itu adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan (Bismillahi laa yadhurru ma’asmihi syai’un fil ardhi walaa fii sama wahua samii’ul aliim) setiap pagi dan sore hari :
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
‘Dengan menyebut nama Allah yang tidak ada sesuatupun yang dapat memberi mudarat dengan nama-Nya di bumi maupun di langit dan Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui.’
Dibaca sebanyak tiga kali, tidak akan membahayakannya sesuatupun.
Membaca mu’awizat sebanyak tiga kali sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika beliau bergegas tidur di pembaringannya setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya kemudian meniupnya dengan membaca surat al-Ikhlas (Qulhuwallahu ahad…dst), surat al-Falaq (Qul a’uzu birobbil falaq) dan surat an-Naas (Qul a’uzu birobbinnas), kemudian mengusap dengan kedua telapak tangannya itu seluruh tubuhnya sedapatnya, dimulai dari kepala, wajah dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukannya tiga kali. [Hadits riwayat al-Bukhari]
Membaca ayatul Qursy sebelum tidur. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam Shahih al-Bukhari:
إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ
“Jika engkau mendatangi tempat pembaringanmu, maka bacalah ayat kursy dari awal hingga selesai (Allahu laa ilaaha illa hu…dst). Engkau akan senantiasa mendapat penjagaan dari Allah dan tidak akan didekati oleh syaitan sampai subuh.”
Juga membaca penutup surat al-Baqarah sebelum tidur sebagaimana yang terdapat di dalam Shahihain Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu dia berkata, bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِر سُورَة الْبَقَرَة فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Siapa yang membaca dua ayat terakhir surat al-Baqarah pada malam hari, dua ayat itu sudah cukup (menjadi penjaganya).”
Keenam : Memperbanyak taubat dan istigfar (meminta ampun kepada Allah).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” [Al-Anfal/8:33]
Dan firman-Nya Azza wa Jalla:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ – يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ- وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” [Nuuh/71:10-12]
Semakin banyak seorang muslim beristighfar akan semakin dekat dia kepada Tuhan-nya Azza wa Jalla dan semakin jauh pula dia dari penyakit dan bala. Bala tidak menimpa melainkan disebabkan dosa, dan tidaklah bala itu diangkat selain dengan taubat dan istighfar.
Ketujuh : Senantiasa menjaga senjata yang paling agung yaitu doa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [al-Baqarah/2:186]
Dan firmannya Azza wa Jalla:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina.” [Ghaafir/40:60]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu meminta perlindungan dalam doanya dari buruknya penyakit.
Kita meminta kepada Allah untuk semua keselamatan dan keafiatan (kesehatan) serta menyembuhkan seluruh kaum muslimin yang menderita sakit.
[Disalin dari أنفلونزا الخنازير رؤية شرعية Penulis Maktab Dakwah Rawdhah KSA, Penerjemah : Syafar Abu Difa, Editor : Eko Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2010 – 1431]
______
Footnote
[1] Flu babi (bahasa Inggris: swine influenza) adalah kasus-kasus influenza yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A[1].
Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia.[2] Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian[3] Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 Amerika Serikat, hanya subtipe H1N1 lazim ditemukan di populasi babi sebelum tahun 1998. Namun sejak akhir Agusuts 1998, subtipe H3N2 telah diisolasi juga dari babi. Sumber : wikipedia
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/35407-pandangan-islam-terhadap-wabah.html